Latest Games :
Home » » Struktural Semiotik

Struktural Semiotik

Senin, 26 November 2012 | 0 komentar

ANALISIS STRUKTURAL SEMIOTIK KONSEP DAKWAH ISLAMISME KAITANNYA DENGAN KEWAJIBAN SASTRAWAN SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DALAM SAJAK TUHAN TELAH MENEGURMU KARYA APIP MUSTOPA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Puisi Satu Mahasiswa Semester Tiga Universitas Ahmad Dahlan
                                                   
Oleh:
Rachma Nurjanah
09003056/ A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011
KATA PENGANTAR

Assalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini tersusun dengan judul “ KONSEP DAKWAH ISLAMISME DALAM SAJAK TUHAN TELAH MENEGURMU KARYA APIP MUSTOPA”
. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas semester ganjil mata kuliah puisi satu pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Ahmad Dahlan serta sebagai media untuk mengimplementasikan apa yang penulis peroleh selama di bangku kuliah.
Meskipun makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada, namun demikian penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini disebabkan karena kemampuan dan terbatasnya pengetahuan dari penulis, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan penulis dari semua pihak demi kebaikan makalah ini.
Semoga penyusuanan makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, terima kasih. Amin.
Wassalamu ’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Yogyakarta, 29 Januari  2011

Penulis
Yahoo! Mail
Updates occur every 1440 minutes.
Daftar isi

Kata Pengantar
Daftar Isi
A.    Latar Belakang Masalah        
B.     Rumusan Masalah                                 
C.     Tujuan Penelitian
D.    Teori dan Metode
E.     Pembahasan
KESIMPULAN   
DAFTAR PustakA


A.    Latar Belakang Masalah
Puisi adalah salah satu bentuk kesusastraan yang mengungkapkan pikiran dan perasan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa yakni dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya. (Herman J. Waluyo1987:29). Hakekat puisi tidak terletak pada bentuk formalnya meskipun bentuk formalnya itu penting. Hakekat puisi adalah apa yang menyebabkan puisi itu disebut puisi. Diungkapkan oleh Abdul Wachid pada aspek puisi dekade 1980-an menyuarakan kegelisahan kultural dengn berpijak pada religiositas, demikian menjadi salah satu ciri puisi Apip Mustopa yang cenderung menggunakan nuansa kultural untuk mewarnai penyampaian religiusitas. Puisi Apip juga masuk dalam kategori puisi modern, tidak terikat pada bentuk formal.
Apip Mustopa lahir 23 April 1938 di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Pendidikannya: tamat SMA kemudian masuk pendidikan PTT (Pos Telegraf Telepon- kini Perum Telekomunikasi). Setelah selesai, dia bekerja antara lain di Bali, Flores, Kalimantan, Irian Jaya, terakhir di  Kantor Telegraf Jakarta. Di tempat yang selalu berpindah-pindah itu iapun membantu  kegiatan sastra setempat, antara lain di studio RRI Denpasar (1959-1962), di Irian Jaya iapun menjadi pengasuh ruang sastra dan budaya di studio RRI Manokwari (1969-1970). Apip menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda berupa puisi dan roman.
Dalam surat An Nur ayat 55, Allah menjanjikan  akan mengangkat Manusia menjadi Khalifah-Nya di atas bumi  dengan ketentuan bahwa mereka  harus beriman dan beramal saleh. Menurut ahli-ahli tafsir, yang dimaksud dengan “Manusia” yaitu manusia sebagai pribadi, manusia sebagai golongan (suku, kelompok dan bangsa) maupun manusia sebagai bangsa-bangsa. Para sastrawan sebagai kelompok manusia, juga akan diangkat  menjadi Khalifah Allah , kalau mereka memenuhi syarat keimanan dan syarat keamalsalehan.
Identifikasi (KBB, offline versi 1.1 freeware © 2010 by Ebta Setiawan) dakwah adalah penyiaran, propaganda, penyiaran agama dan pengembangannya di kalangan masyarakat, seruan untuk memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama. Pengertian dakwah bagi kalangan awam disalahartikan dengan pengertian yang sempit terbatas pada ceramah, khutbah atau pengajian saja. Pengertian dakwah bisa kita lihat dari segi bahasa dan istilah. Dari segi Etimologis, kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’aa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya . Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu: Mengajak dan menyeru, berdo’a, mendakwa (red. Menuduh), mengadu, memanggil, meminta, mengundang, malaikat Israfil, gelar, anak angkat. Dari segi terminologis, definisi dakwah dari literature yang ditulis oleh pakar-pakar dakwah antara lain adalah: dakwah adalah perintah mengadakan seruan kepada sesama manusia untuk kembali dan hidup sepanjang ajaran Allah yang benar dengan penuh kebijaksanaan dan nasihat yang baik (Aboebakar Atjeh, 1971:6). Dakwah adalah menyeru manusia kepada kebajikan dan petunjuk serta menyuruh kepada kebajikan dan melarang kemungkaran agar mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat (Syekh Muhammad Al-Khadir Husain). Dakwah adalah menyampaikan dan mengajarkan agama Islam kepada seluruh manusia dan mempraktikkannya dalam kehidupan nyata (M. Abul Fath al-Bayanuni). Dakwah adalah suatu aktifitas yang mendorong manusia memeluk agama Islam melalui cara yang bijaksana, dengan materi ajaran Islam, agar mereka mendapatkan kesejahteraan kini (dunia) dan kebahagiaan nanti (akhirat) (A. Masykur Amin). Dari defenisi para ahli tersebut maka bisa kita simpulkan bahwa dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil orang muslim mau pun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu Islam. Setelah kita ketahui makna dakwah secara etimologis dan terminologis maka kita akan dapatkan semua makna dakwah tersebut membawa misi persuasive bukan represif, karena sifatnya hanyalah panggilan dan seruan bukan paksaan. Hal ini bersesuaian dengan firman Allah (ayat la ikraha fiddin) bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Maka penyebaran Islam dengan pedang atau pun terror tidaklah bisa dikatakan sesusai dengan misi dakwah.
Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.
Semiotik seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Djoko Pradopo yaitu bahwa bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotik atau ketandaan,yaitu sistem ketandaan yang mempunyai arti. Medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral) seperti bunyi pada seni musik ataupun warna pada lukisan. Warna cat sebelum digunakan dalam lukisan masih bersifat netral, belum mempunyai arti apa-apa sedangkan kata-kata (bahasa) sebelum dipergunakan dalam karya sastra sudah merupakan lambang yang mempunyai arti yang ditentukan oleh perjanjian masyarakat (bahasa) atau ditentukan oleh konvensi-konvensi masyarakat. Lambang-lambang atau tanda-tanda kebahasaan itu berupa satuan-satuan bunyi yang mempunyai arti oleh konvensi masyarakat. Bahasa itu merupakan sistem ketandaan yang berdasarkan atau ditentukan oleh konvensi (perjanjian) masyarakat. Sistem ketandaan itu disebut dengan semiotik. Begitu pula ilmu yang mempelajari sistem tanda-tanda itu disebut semiotika.
Sedangkan struktural dalam sajak atau karya sasatra yang menganggap bahwa sebuah karya sastra adalah sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem,yang di antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik,saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan-kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri,melainkan hal-hal itu saling berkaitan,saling terikat,dan saling bergantung (2009:118).
Dalam makalah ini, penulis tertarik pada sajak “ Tuhan Telah Menegurmu” dalam puisi Apip Mustopa Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern yang akan dianalisis secara struktural semiotic. Ketertarikan penulis dalam pemilihan konsep ini adalah kesederhanaan tutur bahasa di dalam puisi yang mudah dipahami pembaca namun dalam penyampaian maknanya mendalam sebagai dakwah islamisme. Demikian menjadi tolak ukur seberapa kuatkah eksistensi penyampaian ajaran islam dari sajak “ Tuhan Tuhan Telah Menegurmu” kaitannya dengan tugas sastrawan sebagai khalifah Allah. Bahasa yang ringan dalam penyusunan sajak tidak melulu seolah mendewakan puisi yang baik itu yang sulit dipahami namun lebih mengarah ke manfaatnya dan kebutuhan pembaca kususnya muslimin dan umumnya sebagai dakwah penyebaran islam maupun menyadarkan golongan kaum munafik.
B.  RUMUSAN MASALAH
                    Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan bagaimana diksi, makna dan konsep dakwah islamisme di dalamnya serta kekhasan penggunaan bahasa dalam kumpulan puisi Apip Mustopa kaitannya dengan sajak “ Tuhan Telah Menegurmu”.
C. TUJUAN
                        Pembacaan structural semiotik dalam sajak Tuhan Telah Menegurmu  ini bertujuan untuk mengetahui diksi, makna, dan konsep dakwah islamisme di dalamnya serta kekhasan penggunaan bahasa dalam sajak Apip Mustopa. Dari penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah untuk memahami dan menafsirkan secara semiotik pada sajak serta mengetahui secara tepat makna yang dimaksud oleh penyair Apip Mustopa. Pembaca juga dapat dengan jelas menempatkan diri jika hendak mengikuti jejak Apip, mau menjadi penyair yang bagaimanakah dan seperti apakah tanggung jawab atau amanah yang dibebankan sebagai seorang penyair.
Tahap penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1.  Pembacaan terhadap objek penelitian.,
2. Pemilihan sampel sebagai data penelitian, yaitu sajak yang mengandung unsure dakwah islamisme sebagai subjek penelitian.
3. Pengumpulan data tambahan yang mendukung penelitiani. oleh karena penelitian kualitatif, maka data utamanya adalah kata-kata atau bahasa (kurniawan, 2009 :31 ), data pendukungnya yaitu buku yang mendukung penelitian ini..
4. Melakukan analisis secara cermat terhadap diksi, makna, dan konsep dakwah islamisme. Langkah kerja analisisnya mencakup : Pertama, pembacaan heuristic dan hermeneutic. Kedua, langkah-langkah refleksi (pemahaman) yaitu menghubungkan dunia objektif teks dengan dunia yang diacu (reference), yang pada aspek simbolnya bersifat non linguistik. langkah ini mendekati tingkat antologis. Ketiga, langkah filosofis, yaitu berpikir denga mengunakan simbol sebagai titik tolaknya. Langkah ini disebut juga dengan langkah eksistensial atau antologi, keberadaan makna itu sendiri.
5. Merumuskan kesimpulan.

D. TEORI DAN METODE                        
Menganalisis sajak itu bertujuan memahami makna sajak. Menganalisis sajak adalah usaha menangkap dan memberi makna kepada teks sajak. Karya sastra itu merupakan struktur yang bermakna. Karya sastra itu merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang mempergunakan medium bahasa. Bahasa sebagai medium karya sastra sudah merupakan sistem semiotic atau ketandaan yang mempunyai arti, medium karya sastra bukanlah bahan yang bebas (netral). Teori yang digunakan dalam analisis makalah ini menggunakan teori menurut Riffaterre. Teks atau puisi menurut Michael Riffaterre adalah pemikiran yang dibakukan melalui mediasi bahasa. Dalam semiotik,Riffaterre memperlakukan semua kata menjadi tanda. Langkah-langkah dalam memahami sebuah teks dalam hal ini puisi menurut Michael Riffaterre ada 4, yaitu:
1. Pembaca harus menemukan kata kunci atau matriks yang terdapat dalam sebuah sajak atau teks.
2. Pembaca juga harus melakukan pembacaan secara heuristik, yaitu sesuai dengan kompetensi bahasa dan struktur kebahasaannya.
3. Seorang pembaca dituntut untuk melakukan pembacaan hermeneutik yaitu pembacaan pada tingkat makna.
4. Seorang pembaca harus menemukan hubungan intertekstualitas antara karya sastra tersebut. Seorang pembaca harus mencari sumber teks atau yang lazim disebut hipogram dan harus mencari model dan varian.
Untuk memahami sebuah teks harus mencari unsur-unsur yang ada di dalamnya yaitu unsur-unsur estetik dan unsur-unsur ekstra estetik yang terdapat dalam sebuah karya sastra.untuk mengetahui unsur kepuitisan dan makna luar yang terkandung dalam teks puisi, penulis mengguakan teori strukturalisme. Sedangkan untuk memaknai atau memberi makna dalam setiap sajak penulis menggunakan teori semiotoc. Semiotik adalah teori filsafat umum yang berkenaan dengan produksi tanda-tanda dan simbol-simbol sebagai bagian dari sistem kode yang digunakan untuk mengomunikasikan informasi. Semiotik meliputi tanda-tanda visual dan verbal serta tactile dan olfactory (semua tanda atau sinyal yang bisa diakses dan bisa diterima oleh seluruh indera yang kita miliki) ketika tanda-tanda tersebut membentuk sistem kode yang secara sistematis menyampaikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampur adukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Metode yand digunakan dalam menganalisis puisi ini yaitu dengan menganalisis sajak-sajak kedalam unsur-unsur yang memperhatihan hubungan keseluruhan unsur-unsur yang ada.Kemudian setiap unsur sajak diberi makna yang sesuai dengan konvensi puisi. Setelah itu memaknai keseluruhan teks puisi berdasarkan analisis tersebut. Studi sastra bersifat semiotik merupakan usaha untuk menganalisis karya sastra, di sini sajak khususnya, sebagai suatu sistem tanda-tanda dan menentukan konvensi-konvensi apa yang memungkinkan karya sastra mempunyai makna. Dengan melihat variasi-variasi di dalam struktur sajak atau hubungan dalam (internal) antara unsur-unsurnya akan dihasilkan bermacam-macam makna.
 Kewajiban sastrawan sebagai khalifah Allah ialah membina  dan mengembangkan seni budaya pada umumnya dan seni sastra pada khususnya sebagai salah satu hajat hidup manusia sesuai fitrahnya.
E.        Pembahasan
Untuk mencapai tingkat pemaknaan perpuisian Apip Mustopa, dalam beberapa sajak dari “ Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern ” penulis menganalisis diksi dan konsep makna yang terdapat di dalamnya. Sajak yang di analisis di ambil berdasarkan survei penyampaian dakwah islamisme diantara sajak-sajak di dalam kumpulan sajak Apip Mustopa dari “Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern” yang lain.
TUHAN TELAH MENEGURMU

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat perut anak-anak yang kelaparan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
lewat semayup suara adzan

Tuhan telah menegurmu dengan cukup
kesabaran
                        lewat gempa bumi yang berguncang
                        deru angin yang meraung kencang
                        hujan dan banjir yang melintang pukang
                        adakah kaudengar?
                                                            Jakarta, Maret 1976
                        Budaya Jaya, No. 98, Th IX, Juli 1976.1
           
Judul dalam sajak “Tuhan Telah Menegurmu” sudah jelas disampaikan bahwa Tuhan telah memberi peringatan kepada kamu (umat-Nya). Tuhan menegur merupakan suatu wujud tindakan atau perlakuan Tuhan yang nyata-nyata sudah diberlakukan kepada umat-Nya, melalui tanda-tanda yang dapat dirasakan manusia. Istilah menegur biasa digunakan untuk orang yang sudah sama-sama mengenal atau sekedar basa-basi, atau mungkin karena sudah kenal namun lupa, maupun menegur karena ingin memperkenalkan diri. Sama halnya dengan teguran Tuhan, umat yang ditegur itu tentulah ada maksudnya, mereka-mereka yang telah lalai ajaran Allah dan tau mana baik buruknya namun ingkar.
Parafrase serta analisisnya sebagai berikut:
Tuhan telahtelah dapat dimaknai sudah terjadi (untuk menyatakan perbuatan, keadaan dan sebagainya yang sempurna, lampau atau selesai) (KBB, offline versi 1.1 freeware © 2010 by Ebta Setiawan) menegurmu dengan cukup sopan “ mengingatkan kamu (umat-Nya) dengan hal-hal yang nampak masih dibatas kemampuan umat-Nya. Cukup sopan dapat dimaknai peringatan yang hanya diperlihatkan dan bukan peringatan yang ditimpakan (diujikan) kepada sebagian umat-Nya”/ lewat ”melalui” perut anak-anak yang kelaparan “diperlihatkan anak-anak yang kelaparan dengan maksud agar umat Tuhan bersedia membantu atau bersedekah kepada anak-anak tersebut sebagai amalan perbuatan baik dan sebagai rasa syukur kepada dirinya (umat Tuhan yang diberikan keadaan lebih baik)// Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan/ lewat semayup suara adzan “ Tuhan telah memperdengarkan kumandang adzan bagi orang-orang yang tidak tuli, umat-Nya atau muslim, menandakan perintah waktu untuk menjalankan sholat// Tuhan telah menegurmu dengan cukup kesabaran “ kesabaran dimaknai tidak lekas marah karena banyak orang-orang yang tidak mau bersedekah, lalai menjalankan sholat, namun tetap selamat di dunia,/ lewat gempa bumi yang berguncang “dan yang selamat itu diperingatkan dengan memperlihatkan bencana-bencana di bumi; gempa bumi/ deru angin yang meraung kencang/ hujan dan banjir yang melintang pukang “bencana banjir di kota-kota besar// adakah kaudengar?// “ kalimat tanya ini adalah ajakan si penyair untuk melaksanakan perintah-Nya, penyair mengingatkan kepada kawan-kawan muslim untuk beribadah menurut ajaran-Nya, sebagai wujud rasa syukur dan kewajiban kita (umat muslim).
Pada konteks syair, Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat perut anak-anak yang kelaparan”, sebagaimana telah disebutkan dalam beberapa ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan hadis perintah bersedekah:
1.      Salah satu amalan yang paling mulia di dalam Islam adalah sedekah. Sedekah adalah ibadah dengan perbuatan berbagi antar sesama atas yang kita miliki secara syah dan halal. Sedekah adalah keinginan membantu orang lain karena merasakan berat dan pedihnya penderitaan orang lain sehingga timbul keinginan untuk membantu. Keinginan untuk berbagi ini merupakan sifat mulia yang meniru sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah subhanahu wata'ala adalah Maha pemberi. Kita dianjurkan untuk berbuat baik sebagaimana Allah subhanahu wata'ala berbuat baik.
" Dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik padamu "(Q.S Qashas ayat 77)
2.      " Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ".( surat At-Taubah ayat 103)
Ayat tersebut diatas menjelaskan perintah untuk memungut zakat bagi muslim yang telah cukup batas kekayaanya sehingga diwajibkan untuk membayar zakat.
3.      Setiap perbuatan kebajikan yang kita buat dibandingkan dengan sedekah sebagai kebajikan tertinggi. Seperti Hadits dari riwayat Bukhari Muslim berikut ini:
" Berbuat Adil diantara dua orang adalah sedekah, menolong orang mengangkatkan barangnya keatas kendaraannya atau engkau membawakan barang-barangnya, adalah sedekah, setiap perkataan yang baik adalah sedekah, dan setiap langkah kaki yang dilangkahkan pergi sholat adalah sedekah, dan membuang duri dijalan adalah sedekah ".
Setiap kebajikan yang kita lakukan seperti hadits diatas dibandingkan dengan sedekah.
Adapun pemberian sebagian harta kita kepada orang lain karena terasa beratnya beban yang ditanggung orang lain dan hendak meringankan beban yang diderita oleh orang lain adalah kebajikan tertinggi.
4.      " Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya". [QS: Ali Imran ayat 92]
5.      Apapun kebajikan atau perbuatan baik yang kita lakukan tidak akan sampai kepada Allah sebelum kita mampu memberikan sebagian harta yang kita cintai.
Marilah kita renungkan ayat-ayat surat Al-Balad berikut ini:
10. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan
11. Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar.
12. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?
13. (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan,
14. atau memberi makan pada hari kelaparan,
15. (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat,
16. atau kepada orang miskin yang sangat fakir.
Surat Al-Balad ayat 10 sampai 16
Hidup di dunia ini diciptakan dua jalan. Pertama hidup senang tetapi tidak banyak bernilai. Yang kedua hidup susah tetapi bernilai. Jalan hidup susah mendaki lagi sukar itulah yang seharusnya ditempuh oleh manusia, itulah jalan yang benar, itulah jalan yang bernilai. Tetapi sedikit orang yang mau menempuh jalan itu. Jalan itu penuh banyak pengorbanan. Yaitu jalan yang penuh pengabdian sosial. Jalan yang penuh makna kepedulian sosial bagi sesama yang susah dan penuh penderitaan. Yaitu jalan berkorban untuk membebaskan budak, memberi makan orang kelaparan, menyantuni anak yatim, dan membiayai fakir dan miskin.
6.      Dan dalam Surat Al-Ma'un dijelaskan siapakah orang yang pendusta agama itu?
Yaitu orang yang tidak peduli pada fakir miskin, dan menelantarkan anak yatim.
7.      Siapakah yang mau memberi PINJAMAN kepada Allah, pinjaman yang BAIK (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan MELIPAT GANDAKAN pembayaran kepadanya dengan LIPAT GANDA yang BANYAK. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
(QS. Al-Baqarah 2:245)
8.      Mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka INFAKKAN. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu INFAKKAN hendaklah diberikan kepada IBU-BAPAK, kaum KERABAT, anak-anak YATIM, orang-orang MISKIN dan orang-orang yang sedang dalam PERJALANAN (MUSAFIR).” Dan apa saja kebajikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.
(QS. Al-Baqarah 2:215)
9.      Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah TANGGUH sampai dia berkelapangan. Dan MENYEDEKAHKAN (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.
(QS. Al-Baqarah 2:280)
10.   Kitab (Al Qur’an) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang BERTAQWA,. 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan MENAFKAHKAN sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka“.
(QS. Al Baqarah 2:2-3)
11.  Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang BERTAQWA,
134. (yaitu) orang-orang yang MENAFKAHKAN (hartanya), baik di waktu LAPANG maupun SEMPIT, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
(QS. Ali Imran 3:133-134)
12.  Hai orang-orang yang beriman, BELANJAKANLAH (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang Telah kami berikan kepadamu SEBELUM datang HARI yang pada hari itu TIDAK ADA LAGI jual beli dan tidak ada lagi syafa’at. Dan orang-orang kafir Itulah orang-orang yang zhalim.
(QS. Al Baqarah 2:254)
13.  Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda :
“Shadaqah itu MEMADAMKAN (menghapuskan) KESALAHAN sebagaimana AIR memadamkan API”
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (3/321), dan Abu Ya’laa. Lihat Shohih At-Targhib (1/519)]
14.  Rasululullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
“Tak ada suatu hari pun seorang hamba berada di dalamnya, kecuali ada dua orang malaikat akan turun; seorang diantaranya berdo’a, “Ya Allah berikanlah GANTI bagi orang yang BERINFAQ”. Yang lainnya berdo’a, “Ya Allah, berikanlah KEHANCURAN bagi orang yang MENAHAN INFAQ.”. [HR. Al-Bukhari dan Muslim ]
15.   Dan sesungguhnya dia (manusia) sangat berlebihan dalam kecintaannya kepada harta.”
(QS. Al ‘Adiyat 100: 8
16.  "dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta)" [Al Ma'aarij:24- 25]
17.  "Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian" [Adz Dzaariyaat:19]
18.  Berbuat kebaikan adalah bersedekah pada orang2 termasuk orang-orang yang meminta-minta:
"Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa." [Al Baqarah:177]
Jadi aneh jika nanti orang yang bersedekah ditangkap karena melanggar aturan.Menghardik orang yang meminta saja haram. Apalagi menangkapnya.
19.  “Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya. " [Adh Dhuhaa:10]
Pada konteks syair, Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat semayup suara adzan”, sebagaimana telah disebutkan dalam beberapa ayat-ayat di dalam Al Qur’an dan hadis perintah menjalankan sholat:
1.      Rasulullah Muhammad saw. menerima perintah sholat lima waktu langsung dari Allah melalui peristiwa Isra’ Mi’raj:

Hadist Shahih Bukhari No. 211 Jilid I
Berita dari Anas bin Malik r.a mengatakan, “Abu Dzar pernah bercerita, bahwa Rasulullah s.a.w bersabda: Pada suatu waktu ketika aku berada di Mekah, tiba-tiba atap rumahku dibuka orang. Maka turunlah Jibril, lalu dibedahnya dadaku, kemudian dibersihkannya dengan air zamzam. Sesudah itu dibawanya sebuah bejana emas penuh hikmat dan iman, lalu dituangkan kedadaku, dan sesudah itu dadaku dipertautkan kembali. Lalu Jibril a.s membawaku naik ke langit. Ketika Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Lalu dibukakan pintu kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Adam a.s, beliau menyambutku serta mendoakan aku dengan kebaikan. Seterusnya aku dibawa naik ke langit kedua. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Isa bin Mariam dan Yahya bin Zakaria, mereka berdua menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik langit ketiga. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Yusuf a.s ternyata dia telah dikurniakan sebahagian dari keindahan. Dia terus menyambut aku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keempat. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Idris a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit kelima. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Harun a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit keenam. Jibril a.s meminta supaya dibukakan pintu. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Musa a.s dia terus menyambutku dan mendoakan aku dengan kebaikan. Aku dibawa lagi naik ke langit ketujuh. Jibril a.s meminta supaya dibukakan. Kedengaran suara bertanya lagi: Siapakah engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril a.s menjawab: Muhammad. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah dia telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, dia telah diutuskan. Pintu pun dibukakan kepada kami. Ketika aku bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s dia sedang berada dalam keadaan menyandar di Baitul Makmur. Keluasannya setiap hari memuatkan tujuh puluh ribu malaikat. Setelah keluar mereka tidak kembali lagi kepadanya. Kemudian aku dibawa ke Sidratul Muntaha. Daun-daunnya besar umpama telinga gajah manakala buahnya pula sebesar tempayan. Baginda bersabda: Ketika baginda merayau-rayau meninjau kejadian Allah s.w.t, baginda dapati kesemuanya aneh-aneh. Tidak seorang pun dari makhluk Allah yang mampu menggambarkan keindahannya. Lalu Allah s.w.t memberikan wahyu kepada baginda dengan mewajibkan sembahyang lima puluh waktu sehari semalam. Tatakala baginda turun dan bertemu Nabi Musa a.s, dia bertanya: Apakah yang telah difardukan oleh Tuhanmu kepada umatmu? Baginda bersabda: Sembahyang lima puluh waktu. Nabi Musa a.s berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan kerana umatmu tidak akan mampu melaksanakannya. Aku pernah mencuba Bani Israel dan memberitahu mereka. Baginda bersabda: Baginda kemudiannya kembali kepada Tuhan dan berkata: Wahai Tuhanku, berilah keringanan kepada umatku. Lalu Allah s.w.t mengurangkan lima waktu sembahyang dari baginda. Baginda kembali kepada Nabi Musa a.s dan berkata: Allah telah mengurangkan lima waktu sembahyang dariku. Nabi Musa a.s berkata: Umatmu masih tidak mampu melaksanakannya. Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan lagi. Baginda bersabda: Baginda tak henti-henti berulang-alik antara Tuhan dan Nabi Musa a.s, sehinggalah Allah s.w.t berfirman Yang bermaksud: Wahai Muhammad! Sesungguhnya aku fardukan hanyalah lima waktu sehari semalam. Setiap sembahyang fardu diganjarkan dengan sepuluh ganjaran. Oleh yang demikian, bererti lima waktu sembahyang fardu sama dengan lima puluh sembahyang fardu. Begitu juga sesiapa yang berniat, untuk melakukan kebaikan tetapi tidak melakukanya, nescaya akan dicatat baginya satu kebaikan. Jika dia melaksanakannya, maka dicatat sepuluh kebaikan baginya. Sebaliknya sesiapa yang berniat ingin melakukan kejahatan, tetapi tidak melakukannya, nescaya tidak sesuatu pun dicatat baginya. Seandainya dia melakukannya, maka dicatat sebagai satu kejahatan baginya. Baginda turun hingga sampai kepada Nabi Musa a.s, lalu aku memberitahu kepadanya. Dia masih lagi berkata: Kembalilah kepada Tuhanmu, mintalah keringanan. Baginda menyahut: Aku terlalu banyak berulang alik kepada Tuhan, sehingga menyebabkan aku malu kepada-Nya. Kemudian Jibril membawaku hingga ke Sidratul Muntaha. Tempat mana ditutup dengan aneka warna yang aku tak tau warna-warna apa namanya. Sesudah itu aku dibawa masuk ke dalam surga, dimana didalamnya terdapat mutiara bersusun-susun sedang buminya bagaikan kasturi.
2.      Firman Allah dalam QS Qaaf 50: 29
Artinya: Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan aku sekali-kali tidak Menganiaya hamba-hamba-Ku.
3.      Bagi Allah dalam QS Al Israa’ 17: 77 dijelaskan tidak adanya perubahan dalam suatu ketetapan yang diwahyukan kepada Rasulullah,
Artinya: (kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu.
4.      Sholat sebagai pondasi dasar agama Islam, berdasarkan ayat ayat berikut salah satu perintah Sholat 5 (lima) waktu terdapat dalam Surat Al Israa’ 17:78
Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).
Pada konteks syair, Tuhan telah menegurmu dengan cukup kesabaran lewat gempa bumi yang berguncang, deru angin yang meraung kencang, hujan dan banjir yang melintang pukang”, sebagaimana digambarkan telah terjadi bencana di bumi. Di Indonesia saja sudah terjadi tsunami di Aceh, menyemburnya lumpur Lapindo, gempa Jogja, meletusnya Merapi, banjir di perkotaan, tsunami di Wasior, dan lain sebagainya banyak lagi bencana di seluruh dunia ini.
Terahir adalah syair “adakah kau dengar ?”, merupakan pertanyaan yang menegaskan pernyataan keterangan syair sebelumnya. Tuhan telah menegurmu, Tuhan telah menegurmu, Tuhan telah menegurmu, berkali-kali penulis mengatakan kalimat itu, seolah mengingatkan atau memperingatkan dengan gencarnya kepada saudara-saudaranya sesama umat Tuhan (muslim), menyadarkan mereka yang lalai. Demikian dapat dikatakan ditujukan untuk umat muslim karena nampak pada beberapa kata di dalam puisi yang itu menjelaskan ciri religiusitas kususnya islam atau muslim. Perintah menjalankan sholat dalam kalimat “ Tuhan telah menegurmu lewat semayup suara adzan” sudah jelas menandakan bagian terpenting ibadah umat muslim. Diperkuat lagi dengan sajak-sajak Apip yang lain :
NYANYIAN TENTANG TUHAN

alangkah merdu kudengar Tuhan
dalam nyanyian orang sekarang
seperti lagu kasih sayang
yang dilepaskan orang bercinta
pada malam terang bulan
dan orang-orang yang mendengarkan
sama-sama bergoyang pinggang
tenggelam dalam alunan dendang
berjoget dengan lawan jenis bukan muhrim

duh, kiranya Tuhan telah disejajarkan
dengan dara jelita angin dan bulan
dan orang-orang telah tidak menghiraukan lagi
sama Tuhan Maha Suci
melainkan hanya alunan lagu yang mengundang
            berahi

alangkah merdu kudengar Tuhan
dalam nyanyian orang sekarang
hanya dalam nyanyian
hanya dalam nyanyian
Desember, 1975
Budaya Jaya, No. 98, Th. IX, Juli 1976.2

Puisi tersebut ungkapan keprihatinan penulis terhadap keadaan saat ini yang menggambarkan  pergaulan bebas antar manusia. Sedang Tuhan disebut-sebut memberikan kenikmatan, namun kenikmatan yang mereka capai dari hubungan bebas itu bukanlah nikmat Tuhan, melainkan godaan syetan yang terkutuk. Imaji pembaca seperti di ajak untuk melihat dari tradisi masa lampau tentang adat penari ronggeng. Untuk saat ini banyak dijumpai penari diskotek yang bisa dikatakan ronggeng modern. Karna sama-sama menari untuk memperlihatkan kemolekan tubuhnya agar menarik lawan jenis dan tak jarang kemudian diajak bercinta. Bersentuhan kepada yang bukan muhrim itu dilarang atau di haramkan dalam islam.
DALAM MASJID

aku berusaha menetapi
lima kali dalam sehari
di depan mihrab memasrahkan diri
ke dalam hening suci
ke bawah keagungan abadi

kulebur seluruh
dalam sujud dan bersimpuh
tapi sia-sia kukenang dosa
dalam lajur-lajur usia

dalam hening suci
aku hanya berhasil mendapati
sebatang jarum yang kemarin hilang
sejumlah hutang di warung-warung
wajah istriku yang murung karena harga beras
                                    membumbung
rengek anakku minta dibelikan layang-layang

                        aku berusaha mengenang seluruh dosa
                        dalam hening suci
                        untuk memohon ampun abadi
                        tapi senantiasa sia-sia
karena bayang-bayang nestapa
senantiasa menggoda
Merdeka Selatan 17-12-1975
Budaya Jaya, No. 98, Th. IX, Juli 1976.3

Puisi ini sudah barang tentu cerminan umat muslim yang memiliki tempat beribadah bernama masjid.
            Dari beberapa sajak Apip Mustopa di atas sudah barang tentu dapat kita ambil kesimpulan bahwa sajak ini ditujukan untuk umat muslim. Bahasa yang digunakan penulis dalam megambarkan imaji sangatlah sederkana, tidak banyak bunga-bunga kata atau bahasa-bahasa kiasan. Yang ditekankan penulus adalah sesegera mungkin pesan ini sampai daan dapat diterima atau dimaknai pembaca. Penulis secara tidak langsung berdakwah melalui media tulis dan tidak hanya sajaknya saja yang di koar-koarkan, di sisi lain ada sifat Apip yang berusha menjalankan kwajibannya terhadap ajaran Allah. Salah satu kwajibannya adalah menjalankan amalan saleh terkait profesinya.
Dalam ayat 55 dari An Nur ditegaskan bahwa manusia akan diangkat menjadi khalifah-Nya di atas bumi, dengan ketentuan mereka harus menjalankan segala ajarannya, yaitu beriman dan beramal saleh.
Jangan katakan mati
Orang terbunuh di jalan Allah,
Bahkan mereka hidup,
Tetapi, anda tidak merasa       (Q.S Al Baqarah: 154)
A Hasjmy menyatakan dalam ayat tersebut ditujukan kepada Khalifah Allah yang berperasaan halus, yaitu para sastrawan. Para sastrawan  bukan saja memiliki rasa halus, tetapi juga memiliki hati yang  bersih dan akal yang jernih, yang dengan demikian mereka dapat merasakan dan memahami hikmah ayat-ayat Allah.
Perintah yang ditujukan kepada para khalifah Allah yaitu; macam pertama ditujukan kepada para Khalifah dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Seruan yang bersifat umum itu biasanya berbunyi: wahai umat manusia atau wahai orang-orang yang beriman atau beramal saleh. Adapun yang ke dua, yaitu seruan atau perintah yang ditujukan kepada para Khalifah dalam bidang khusus, salah satunya sastrawan. Salah satu ayatnya; apakah anda tidak cakap mempergunakan akal  dan pikiran? Ditujukan  kepada ahli pikir/ ilmiawan; apakah anda tidak merasa atau wahai orang-orang yang berhati lembut! Ditujukan kepada budayawan, termasuk sastrawan.
Adapun ciri-ciri karya sastra yang diciptakan oleh sastrawan beriman dan beramal saleh seperti yang diungkapkan A Hasjmy yaitu :
1.      Karya sastra tersebut mendorong pembaca  untuk melakukan amar makruf dan nahi mungkar.
2.      Karya sastra tersebut bertujuan menegakkan ajaran Allah, karena tokoh-tokoh utama di dalamnya terdiri dari orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Disamping tokoh-tokoh utama yang baik itu, ditampilkan pula  tokoh-tokoh lai yang jahat sebagai lawan dari tokoh-tokoh utamanya, dan tokoh-tokoh lain itu dikesankan  sebagai orang durjana, sampah masyarakat.
3.      Karya sastra tersebut bertenden membenarkan yang benar dan mengharamkan yang haram, karena tokoh-tokoh utama didalamnya digambarkan sebagai seorang saleh yang keimanannya tangguh; selalu melaksanakan sholat, puasa, membayar zakat, membantu orang-orang mrlarat, tidak pernah menipu dan tidak pernah berbuat mungkar dalam bentuk apapun.
4.      Karya tersebut mendorong lahirnya masyarakat yang adil dan makmur, yang di dalamnya digambarkan sebagai pahlawan kemanusiaan, pahlawan kebenaran, pahlawan keimanan, pahlawan demokrasi.
5.      Karya sastra tersebut mengesankan bahwa tidak ada hak hidup bagi orang-orang jahat.
Kalau dalam surat Al Baqarah 34, Al A’raf 13-17 dan Al Isra’ 63-65, manusia secara umum dibagi dalam dua kelompok; pengikut Adam dan pengikut iblis, maka Surat Asy Syu’ara ayat 224-227 dengan tegas membagi para sastrawan  sebagai Khalifah Allah dalam bidang seni budaya ke dalam dua kelompok, yaitu sastrawan beriman  dan beramal saleh, dan sastrawan kafir maupun munafik:
Para sastrawan,
Pengikut mereka bandit petualang,
Berdiwana dari lembah ke lembah,
Bicara tanpa kerja,
Kecuali sastrawan beriman,
Yang beramal bakti,
Senantiasa ingatkan Ilahi,
Mereka mendapat kesenangan,
Setelah hidup dalam ancaman.           (Q.S. Asy Syu’ara: 224-227)
           
            Menurut ayat-ayat ini, para sastrawan yang pengikut dan pengagumnya terdiri dari bandit-bandit, orang-orang durjana  yang telah rusak akhlak, adalah sastrawan yang telah bertekuk lutut kepada iblis dan mereka melawan Allah, sehingga Allah menyuruh Nabi Muhammad untuk memperingatkan mereka:
Kataka hai Muhammad:
Tuhanku hanya mengharamkan kemesuman,
Yang terang maupun yang tersembunyi,
Kedurjanaan dan pembangkangan,
Tanpa ada alasan yang benar,
Persekutuan Allah dengan makhluk-Nya,
Pembohongan terhadap Allah
Tanpa ada ilmu.                                                           (Q.S. Al A’raf: 33)

Jelaslah, bahwa sastrawan mukmin yang beramal saleh, dia menciptakan karyanya semata-mata untuk Allah, bagian dari ibadatnya. Dengan diksi yang ringan atau mudah dipahami dari sajak Apip Mustopa sudah dapat menjadi salah satu contoh tindakan menjalankan kewajiban saastrawan sebagai Khalifah Allah dengan dakwah islamisme melalui media tulisan.

1.Lihat, puisi Apip Mustopa Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern, (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 317.
2.Lihat, puisi Apip Mustopa Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern, (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 315.
3.Lihat, puisi Apip Mustopa Tonggak 2-Antologi Puisi Indonesia Modern, (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 315-316.


KESIMPULAN

Diksi atau pilihan kata dalam sajak yang digunakan Apip mustopa termasuk dalam kategori ringan atau mudah dipahami. Untuk sekali atau dua kali membaca saja sudah cukup jelas mampu menangkap makna yang terkandung di dalamnya. Kekhasan penggunaan bahasa Apip tidak semata-mata mendewakan bahwa puisi yang baik adalah yang sulit dipahami seperti kebanyakan penyair namun lebih ke kesederhanaan bahasa yang menekankan kemudahan dalam penyampaiannya.
Makna yang terkandung dalam sajak “ Tuhan Telah Menegurmu” tersebut adalah ajakan dan peringatan kembali ke jalan Allah. Tuhan telah menegurmu, Tuhan telah menegurmu, Tuhan telah menegurmu, berkali-kali penulis mengatakan kalimat itu, seolah mengingatkan atau memperingatkan dengan gencarnya kepada saudara-saudaranya sesama umat Tuhan (muslim), menyadarkan mereka yang lalai. Sedang di dalam sajak tersebut tertulis ajakan bersedekah kepada anak-anak yang kelaparan atau dalam arti luas orang yang lebih membutuhkan, ajakan untuk menjalankan shalat wajib, dan peka terhadap bencana di bumi ini dengan mengingat kembali dan menyesali segala dosa kita dengan tindakan kembali ke jalan benar untuk menjadi insan yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
Perintah yang ditujukan kepada para khalifah Allah yaitu; macam pertama ditujukan kepada para Khalifah dalam segala bidang kehidupan masyarakat. Seruan yang bersifat umum itu biasanya berbunyi: wahai umat manusia atau wahai orang-orang yang beriman atau beramal saleh. Adapun yang ke dua, yaitu seruan atau perintah yang ditujukan kepada para Khalifah dalam bidang khusus, salah satunya sastrawan. Salah satu ayatnya; apakah anda tidak cakap mempergunakan akal  dan pikiran? Ditujukan  kepada ahli pikir/ ilmiawan; apakah anda tidak merasa atau wahai orang-orang yang berhati lembut! Ditujukan kepada budayawan, termasuk sastrawan.
Untuk para penulis awal atau penyair yang belum mengetahui fitrahnya sebagai sastrawan di jalan Allah dapat memahami beberapa ayat Al Qur’an tersebut di dalam makalah:  dalam surat Al Baqarah 34, Al A’raf 13-17 dan Al Isra’ 63-65, manusia secara umum dibagi dalam dua kelompok; pengikut Adam dan pengikut iblis, maka Surat Asy Syu’ara ayat 224-227 dengan tegas membagi para sastrawan  sebagai Khalifah Allah dalam bidang seni budaya ke dalam dua kelompok, yaitu sastrawan beriman  dan beramal saleh, dan sastrawan kafir maupun munafik.dan mengamalkannya sebagai mana di tugaskan oleh Allah. Menjadi penyair atau sastrawan kini adalah sebuah pilihan, hendak mengikuti jalan yang baik yaitu sastrawan yang beramal saleh dengan menjadikan karya sastra sebagai media berkarya semata-mata karena Allah, atau menjadi sastrawan buruk yang menulis atau berkarya di jalan sesat dengan membangkang Tuhan, membolak-balikkan keadaan, memainkan kata-kata untuk memberi pengaruh buruk, maupun berbahasa yang tidak senonoh.


DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI, Al Qur’an Dan Terjemahannya. Danakarya: Surabaya, 2004.
Hasjmy, A. Apa Tugas Sastrawan Sebagai Khalifah Allah. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984.
Keraf, Gorys. Komposisi. Flores: Nusa Indah, 2004.
Pradopo, Rachmat Djoko. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009.
Setiawan, Ebta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline versi 1.1 freeware © 2010
Suryadi, Linus. Antologi Puisi Indonesia Modern Tonggak 2. Jakarta: PT Gramedia, 1987.
Wachid BS, Abdul. Analisis Struktural Semiotik. Yogyakarta: Cinta Buku, 2010.
Waluyo, Herman J. Teori Dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga, 1987.

Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Rachma Nurjanah - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger